Kamis, 20 April 2017

Kekuatan Kita

Bismillah, kamu apa kabar?
Aku selalu merasa tidak baik-baik saja jika berhadapan dengan makhluk bernama kamu.
Karena aku selalu merasa tak mampu menjadi baik, jika melihat kamu. Mungkin, mungkin karena kamu sudah melampaui aku.. kamu telah jauh melangkah, mungkin teramat jauuuh lebih baik dari pandangnaku yang semula.

Aku sering marah akhir-akhir ini ke kamu, tidak jelas.
Kemarahanku sepele saja, karena kamu (juga aku) tak bisa mempercepat proses, seperti yang diharapkan olehku (mungkin kamu lebih berharap banyak, hanya aku yang tak tahu, karena kamu bisa sembunyikan dengan rapi).
Aku selalu terlihat buruk, marah, menyuruh, menuntut, kesal...  Sampai satu hari kemudian aku mengatakan jujur, entahlah aku hanya ingin berkata: aku mengalami semacam rasa kesal ke kamu.

Kamu bilang, jika penyebabnya karena proses yang menurut aku lama, baiklah...
Siap gak menggenap minggu besok? Wali sudah oke, saya siap, kamu ..siap gak? Tapi konsekwensinya  barokah nikah hilang karena orang tua belum sepakat.

Aku terdiam.
Aku diminta berpikir ulang dengan sikap kekanakanku oleh kamu yang mungkin sudah memikirkan keinginanku ini, jauh-jauh hari.
"Kamu pernah bilang, keep walk on the track kan, sekarang jalani prosesnya, nikmati, sabar... semua akan baik-baik saja, semua pasti sampai. Ada waktunya." Kamu menambah kalimatmu lagi.

Aku ingin menghilang saja, kamu sudah berpikir dua tahap lebih maju. Saat aku masih kekanak-kanakkan ingin mempercepat laju kereta, kamu sudha tahu kekuatan kuda dan medan jalan yang tak mungkin dilewati dengan kecepatan tinggi sesuai keinginanku...
Kemanakan muka ku ini harus kusimpan, malu.

Aku bercerita pada temanku tentang sikap kamu ini, yang sok bijak ituh. Tahu gak, temanku malah menertawakan aku. Dia bilang aku lucu, karena ternyata malah aku yang gak siap di ajak nikah minggu depan. Iya jelas, kamu setress, masa minggu depan nikah?
Temanku bilang, aku yang harus banyak istigfar...

Sudahlah, aku akui deh, aku salah. Mungkin aku gak suka ke kamu karena hasutan syetan. Kenapa?
Karena aku masih aja minta bantuan kamu buat ngerjain beberapa tugas aku yang numpuk, dan kamu bersedia saja gituh, walau pun dengan muka rata, datar, kamu mengerjakan tugas sampai larut...
dan bilang kalo tugas aku sudah beres di pagi harinya...

Kamu tahu, itu membuat hati aku percaya, semua tindakan kamu ke aku, meunjukkan kamu serius dan sayang ke aku. Marahnya kamu, cueknya kamu, atau papaun lah... aku harus percaya, kamu tahu yang terbaik buat masa depan kita. Uhuy...Haha, baper. Walau dengan kecuekan kamu yang dingin, dan akunya yang baperan, aku paham sekarang.

Huh baiklah.. aku kalah telak. Esok-esok aku yang akan cuek ke kamu. Kamu harus bisa lebih sabar dari sebelumnya.

Hayu pakuat-kuat, ayo kita tunjukkan siapa yang paling kuat. Aku gak mau nyuri bumbu dari sup yang akan kita masak kelak, kamu juga gak usah nyuri bumbu ya. Jadi mari kita saling berpuasa. Kalo jari aku sibuk ngetik gimana, pikiran aku juga sulit... ohoho. setidaknya kita tak bersapa. Kalau kamu baca tulisan ini? hah berarti kamu kalah telak, kamu kepoin aku, kamu baca tulisanku, kamu kalah.
Ini bukan soal dilihat manusia, ini masalah diawasi Allah.

Aku punya banyakk stok tulisan, yang jelas sekarang aku gak akan peduli lagi bagaimana sikap kamu, awalnya aku ragu ke kamu yang menurutku kamu bimbang, plinplan, setelah kemarin kamu galak dan tegas ke sikap aku yang "you know lah", yap akhirnya kau dapati sisi lain kamu, kamu punya keinginan yang teguh, mirif apa yang dikatakan sahabat sekaligus saudara kamu itu.

Saat aku bilang kamu plinplan, dia bilang, "kok aku malah setuju kalo dia orangnya teguh pendirian"

Mungkin aku tidak terlalu mengenalmu, iya memang gak kenal. Kamu siapa?
WEW..


:)