Kamis, 26 Januari 2017

KEYAKINAN

Assalamualaikum wrwb, anakku sayang..
Bismillahirrahmanirrahim. Terimakasih atas penantiannya yang panjang, mohon maaf bunda lama tidak menulis.
Baru ingat, saat semalam seseorang menunjukkan tulisan-tulisan di blog ini.
Ternyata bunda kangeun kalian, kangeun sekali...

Bunda tidak tahu, orang-orang sering sekali komplain dengan tulisan bunda, jika tak berkenan jangan dibaca aja ya...
Semoga dengan begitu, bunda bisa lebih jujur dan tulus ketika menulis, ah termasuk betapa bahagianya menuliskan namamu, anak-anakku..
Permata bunda yang entah sedang dimana, yang suatu hari akan mengisi rahim bunda, yang matanya cemerlang...yang kulitnya halus, yang tangan-tangannya mungil menggeliat..

Bunda tahu, pertemuan kita tidak akan lama lagi, bunda sudah memutuskan untuk menjemputmu segera, bunda tahu segala resikonya akan tidak mudah, tapi bunda akan fight dengan pilhan bunda ini...

Nak, kau tahu... seperti pernah bunda ceritakan sebelumnya, ujian bunda.
Bunda ingin menegaskan bahwa ujian itu senyatanya tidak pernah benar-benar nampak, tidak terlalu berat, karena hari terus berlalu, dan semua terus berjalan.. yang jelas bunda tidak boleh melakukan kesalahan lagi dengan hari-hari yang bunda lalui.

Yang berat adalah pemikiran kita, bunda merasa jauh lebih tenang dengan pilihan yang bunda lakukan saat ini. Walaupun bunda selalu merasa putus asa dengan perubahan bunda yang sangat lambat, tapi ah... Allah selalu memberikan bunda kesempatan... bunda bisa melakukannya, bunda sayang kalian, bunda harus lebih sungguh-sungguh.

Anakku...
Tahun 2017 ini, benar adalah tahun yang mendebarkan.
Esok akan tiba, dan langit gemuruh, ada rasa takut dalam hati bunda. Bunda memohon pada Allah agar semua berjalan dengan baik, sesuai yang Allah inginkan dan ridhoi, bunda mesti menjaga prasangka pd Allah... bunda sering ketakutan... tapi bunda sellau berharap

ah ini membingungkan...

Bunda ingin berjanji pada hati bunda: bahwa keindahan nanti menjemputmu pada mulanya berasal dari kesadaran bunda akan janji yang besar ini. Bunda harus sadar betul bahwa memilih ayahmu adalah tindakan terbaik,, bunda harus sadar memperjuangkan ayahmu adalah hal yang baik... juga bunda mesti sadar bahwa jalan yang baik menuju mu adalah bagian dari kebarokahannya...

Sayangku... maafkan bunda yang banyak mengeluh, maafkan bunda yang sering ragu, maafkan bunda yang penuh pertimbangan ini.. maafkan bunda yang sulit sekali melepas masa lalu, maafkan bunda....

Ada malam-malam, bunda meneriakanmu, nak
Ada dini hari saat bunda membisikan tentangmu, nak
Bunda takut menyakitimu lagi

Yakinkan bunda nak, jika ini bukan sekedar dunia
Bukan itu yang bunda cari, bukan romantisme, bukan wah nya seseorang, atau apapun

Bunda hanya perlu meyakinkan, bahwa ia calon ayah yang baik untukmu nak..
Yang tidak sekedar sayang, yang tidak sekedar cinta padamu
Namun, ia yang paham mendidikmu dengan cara yang benar, yang tega melihatmu menangis saat pertama kali bunda tinggal engkau di pesantren bahkan saat usiamu belia..

"Bukankah selama ini ayah sudah cukup baik, dia menjaga lingkungannya, dia sudahi campur baur dengan perempuan asing, dia bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita bunda, ayah cukup lelah bahkan untuk menemui bunda, ia tak memiliki kekuatan, bunda tahu ayah sellau ingin menyapa bunda, tapi ia urungkan karena tahu itu akan menyakiti bunda saja... ah justru bunda yang telah banyak menyakiti,,"

"Berhenti mengatakan itu nak. Kesakitan yang bunda berikan, hapuslah nak, bunda menyesal, jangan lukai hati bunda denagn berkata seperti itu."

Jika begitu bunda.. tolong, perbaiki pikiran bunda. Janganlah bunda ragu...
Bunda adalah orang yang beruntung, yang bahkan tak harus lelah mencari sebenarnya, karena ayah sudah temukan bunda sejak semula. Hanya bunda yang terus menutup mata, sekarang bukalah mata bunda perlahan, ananda sayang bunda... lihatlah betapa bunda sangat cantik, lihatlah betapa bunda sangat beruntung, bahagiakanlah hatimu bundaku sayang, berhentilah merasa sepi.

Dear calon ayah dari anakku...
Kau dengar anakmu yang bahkan tak ada di sini, ia mengajariku sebuah nasihat?
Ia begitu berani, ah mirif siapa dia itu.
Dia membelamu habis-habisan.
Menagpa pula dia harus membelamu, apakah sebelumnya kalian sudah bersepakat membicarakanku?
Tidak mengapa, aku suka dibicarakan
Bahkan terbiasa

Terimakasih nasihatnya, anakku sayang...
Seharusnya memang keraguan itu pergi Nak, karena kini ayahmu sudah di depan rumah orangtua bunda, mengetuk dan mengucap salam kebaikan.

Apa yang ingin ayahmu sampaikan? Bunda tidak akan mendengar sepenuhnya. Cukuplah doa-doa Bunda menyertainya, semoga kebaikan sellau meliputi setiap detik ini.

Tapi nak bolehkah bunda jujur sesuatu?
Bunda tak ingin membicarakannya padamau saat ini. Suatu hari akan bunda ceritakan tentang, seseorang yang Allah kirim sepaket bersama calon ayahmu.

Doakan orangtuamu di dunia ini, semoga sehat, baik-baik, dan selalu dalam lindungan Allah.
Jika kelak bertemu, akan bunda ucapkan terimakasih untukmu... untuk kalian. Jzakumullah.


*Semoga tulisan ini tidak mendapat protes lagi, ambil yang baiknya. :)

Az.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar