Kamis, 10 November 2016

Berantakan

Ruang di hati Bunda masih berantakan Nak..
Tsunami terus datang mengikis kekuatan Bunda..
Satu-satunya harapan Bunda, hanyalah Allah...
Allah sayang Bunda, Allah menutup aib Bunda, Allah akan menjadikan semua keadaan ini lebih baik pada suatu ahri..

Kekacauan apa Bunda? tentu engkau nak berhak mengetahuinya, karena ini bagian dari ceritamu juga...
Akan tetapi betapa indah mereka yang tersakiti dalam senyap, dan memilih diam
Siapa yang tersakiti bunda? Ah bunda salah memilih kata
Tidak ada yang tersakiti, yang ada hanyalah Bund amenganiaya diri bunda sendiri, melampaui batas.

Nak, bunda tahu bahwa kemarin bunda sellau pada pilihan salah, ijinkan hari ini bunda lebih baik...

Buna berteriak pada orang lain
Bunda kesal
Bunda selalu sandarkans semua perilaku Bunda pada penilaian orang lain, betapa tidak bagus Nak...

Ada sesak, ada sakit,
Kini Bunda sadar satu hal, iman Bunda yang terkoyak...
Ya Allah... jangan uji hamba dengn ujian yang hamba tak mampu memikulnya...

Bismillah, sellau ada harapan, insya Allah bis ajadi orang yang lebih baik.
Rabb wafatkanlah kami pada keadaan khusnul khotimah, keadaan bertaubat padaMu,
Golongkan kami pada golongan kanan yang Enaagkau ridhoi...

Ya Rabb, jika didunia ini kutinggalkan orang yang kukecewakan, ku sakiti, ku dzalimi, atau...
jika di dunia ini ad aorang yang menegnalku, menyayangiku membenciku, atau sekedar kenal acuh dan tak ada komunikasi apap-apa... kumohon ya Rabb untuk semua mereka yang mengenal itu, bahagiakan lah mereka di duni dan diaakhirat, tnutun mereka pada hidayah, cukupkan keadaan batiinnya, barokahkanlah rezekinya, gembiakanlah dgn syurga pada ujung balasannya, aamiin

juga untuk guru-guru kami ya Allah.. sehatkanlah, bahagiakanlah,,, biarkan ia bahagia ditengah umat, kami masih amat sangat membutuhkan bimbingannya.

Untuk pemimpin-pemimpin kami, baik pemimpin negara, maupun dbawahnya, ya Rabb sentuhlah hatinya... bimbinglah mereka jadi pemimpin yang takut padaMu, hingg amampu jadi pemimpin yang adil.... aamiin aaamiin aamiin...

Nak, kelak bunda harus banyak berterimakasih juga padamu, karena ketika ingat bhaw Allah akan karuniakkanmu, Bunda sudah ajdi bahagia.... alhamdulillah ala kulli hal..

Rabu, 26 Oktober 2016

Berlari ke Hutan

Berlari ke hutan, berharap tak pernah ditemukan sesiapa, pun dia...
Menyaruk dedaun, membelah semak, terseok di tikungan, terhalang kabut, disembunyikan rerimbun dan pohon besar menyambutku...
Aku terus berlari, menembus batas-batas dan larangan,
ketengah hutan yang sunyi dan gulita

berlari ke hutan, berharap menemukan apa yang tak dicari

Minggu, 23 Oktober 2016

2016 Pun Menangis

Udara Kota Bandung cukup melankolis, dan aku kembali memutuskan rutin menulis pagi di sela kegiatan bunuh waktu yang tak kupahami harus kuisi dengan apa selain nulis di depan leptop dengan seabreg ide di kepala.
Sejujurnya aku lebih suka di luar, bersama anak-anak, menuntaskan rindu dan melelahkan diri dalam kegiatan fisik, tapi Allah berikan keleluasaan padaku agar aku duduk dan mengetik. Mestinya itu disyukuri, akan ada dimana nanti eli merindukan aktivitas seperti ini.
Keluarga kecilku, bunda ingin menulis lagi..
Aktivitas di sini alhamdulillah terkendali, sejauh ini bunda mampu beradaptasi.
Mulai dari kuliah (yang memang ada tugasnya, mesti baca lebih banyak), kemudian bunda senang sekali membuat artikel jadi bunda sibukkan diri juga untuk baca-baca bahan artikel walau masih dalam bahasa Indonesia.
Bunda juga senang organisasi, jadi beberapa (sau hari/minggu) bunda isi dengan gabung di kelompok remaja yang insya Allah mencintai Allah dan ALQuran, bunda jadi punya teman baru namanya Abir Lamih (suka dipanggil Ami), bunda senang berteman dengannya...
Kenapa bunda namakan artikel ini 2016 pun menangis?
Ehm... karena bunda memiliki sesuatu yang bunda tak mau menyebutnya, yang membuat hari bunda jadi suram, anakku sayang.
Bunda ingat Allah melarang kita membuka aib bukan, bunda takut tuisan ini tidak hanya dibaca oleh kalian kelak, tapi juga oleh orang lain, yang dengan itu bunda menjadi aib untuk kalian.... tahanlah lisan kalian dari bertanya tentang apa itu yang membuat hari bunda suram.
Sini bunda ceritakan saja hal lain, bunda di sini sekolah dengan beasiswa yang sejatinya pasti dari Allah, Nak. Bunda telah memetakan kebutuhan Bunda sampai Desember dengan uang beasiswa itu, tetapi Allah inginkan Bunda melakukan sesuatu yang akan membuat bunda termotivasi, apa?
Bunda kehilangan peta, atau peta yang bunda buat hilang atau rusak, atau tanpa sengaja bunda simpan di saku baju, dan bunda kehujanan lalu kertas peta itu pun hancur jadi bubur kertas.
Bunda harus banting tulang agar peta itu bisa kembali, atau setidaknya agar kapal menuju pulau desember tidka tenggelam di lautan karena habis bahan bakar.
Bunda dibantu seorang bunda lain (bernama Bunda Risa Wismaliya) untuk bersama berpegangan tangan agar bunda tak karam, bunda ikut memprivat dua orang anak perempuan cantik-cantik bernama Salsa dan Adel, anak orang kaya. Bunda sayang mereka, melihat mereka bunda sellau ingat kalian, hanya mungkin nanti kalian bukan anak orang kaya dan kalian tak akan pernah mendapat guru privat, karena bunda ingin bunda saja yang menemani kalian belajar menajdi dri kalian sendiri.
Bunda menemani mereka, kadang mereka menjengkelkan karena moodnya yang sangat naik turun, tapi dari mereka bunda belajar kesabaran, bunda belajar bagaimana sabar itu... bunda banyak belajar dari mereka, bunda termotivasi mencari buku bagaimana mengajarkan baca tulis hitung untuk pemula, ah senangnya...

Nak, itu hanyalah sepenggal... lainnya Bunda minta maaf, di sini bunda tak bisa menjaga kalian, Bunda banyak salah, bunda harap kelakuan bunda saat ini tidak diturunkan pada kalian, kalian cahaya mata bunda, kalian peninggi kalimah tauhid, kalian pencinta kebenaran dan kebijaksanaan, kalian penyejuk mata umat.... ambillah hal yang baik dari bunda, dan tahanlah sekuat-kuatnya keburukan bunda, jadilah manusia yang terus perbaiki diri, keluarlah dari rumah dengan perasaan tawadhu... bunda yakin kalian adalah yang terbaik dari semua harta yang bunda miliki.

Terima kasih nak, bunda terasa sangat kuat menulis ini, karena amat yakin suatu hari engkau akan hadir di sini, bersama bunda dan mungkin membacakan tulisan-tulisan ini.

Bunda mohon, doakanlah semua nama yang bunda tulis di blog ini, mereka telah baik ke Bunda.
Suatu hari, engkau yang akan meneruskan bunda menulis di blog ini, jika bunda sudah tidak ada lagi di dunia.

Ya Rabb jagalah keluarga kami. Ampuni kami atas dosa-dosa kami. jangan hukum kami atas segala dosa yang telah kami lakukan, Engkaulah Pemaaf, Engkaulah penerima taubat.

Bunda Eli :)

catatan:
ini masih oktober, 2016 belum berakhir, sisakan untukku sebuah senyum di dua bulan terakhir ini ya Allah, aamiin. Semoga yang terbaik segera tiba. Karena ruang tunggu sudah terlalu sesak.





Minggu, 17 April 2016

Dewasa?

Engkau Allah yang pengasih
Engkau Allah yang penyayang

Kuingat betul bagaimana emak berpesan padaku, "Eli, menikahlah dengan laki-laki yang soleh, yang dewasa. Janganlah menikah dnegan laki yang kekanak-kanakan. Cinta dapat ditumbuhkan, menikahlah dengan laki-laki yang dewasa pemikirannya. Yang tidak mementingkan ego dirinya lagi, yang hidup dengan prinsif agama, yang tegas dengan pilihannya..."

Kini masa ini, adalah masa anakmu ini akan memilih suami, lalu menikah...
Dan pesanmu sellau kuingat baik-baik.
Dalam bingungku, aku terus bertanya, bagaimanakah yang dewasa itu?
Dan karena aku tak pernah tahu...

Maka ya Allah, bimbinglah diri ini, sampai dan menemuinya dengan cara terhormat.
Barokah kanlah segaalaanya.

bagaimana jika usia laki-laki itu sepadan dneganku? Apakah ia tidak dewasa?
Apa parameter dewasa itu, Mak?

Allah bantulah aku menemukan jawabannya...

Minggu, 20 Maret 2016

Ini hanya Ruang

Jika hati kita adalah ruang, maka jangan biarkan ia kusam berdebu
AKu tahu, ada seorang kamu, sering diam-diam membaca tulisanku...
entah karena penasaran, atau karena kamu suka tulisan-tulisan picisan...

dan sejujurnya aku sedikit terganggu...
Kadang aku malu, jika bertemu dalam kenyataan, bahwa kamu seorang manusia, dan aku juga...

 Pada akhirnya aku memilih pura-pura,
Pura-pura saja tidak tahu, pura-pura saja kau bukan manusia,

--------------------------------------------
Biar aku bebas menulis, semauku, semaunya;

Udara panas malam ini, kamar ini seperti sauna, padahal rintik hujan turun 2 jam lalu. Walau kini sudah reda, harusnya bisa sisakan udara sejuk.

Sebelah kananku, ada sebuah gambar, lekat menatap, gambar-gambar di masa lalu yang kupajang seenaknya.
Di sebelah kiriku, berkas-berkas kuliah bercecaran, aku sedang tidak mencari berkas itu, tapi mereka keluar dan mengingatkan tentang tenggat studi yang harus kuambil...

Ya aku menjadi sedikit sadar daan sedikit sembuh dari kerinduanku pada yang tiada.

ya sampai saat itu tiba

Percayalah ini yang terbaik,
jangan ada benci apalagi caci,
kita telah dewasa bukan?
bukankah dewasa selalu siap menghadapi kenyataan... melepaskan dan merelakan
kita masih bisa bertemu... dalam nyata atau dalam doa, .
kita masih bisa saling mendoakan...
kita masih bisa saling membahagiakan, dalam peluk dalam tawa, atau rindu

ini bukan kepergian...
kita hanya sama-sama ingin meraih tujuan
tolong jangan anggap ini perpisahan
hanya raga saja yang terpisah...
tapi hati kita saling bertautan...

----------------------------
Semua akan kembali baik-baik saja...
----------------------------

Tepat dua minggu lagi, bunda memutuskan untuk kembali berjalan, Nak.
Dengan segala resiko yang akan Bunda terima. Bunda akan menjadi seorang penganggur lagi yang patah hati, yang tak tentu arah lagi, yang mengisi hari dengan serabutan sekedar membunuh waktu...

Ini bukan hanya tentang waktu yang harus terisi, ini pun tentang keselamatanmu Nak.
Bunda harus menjauh dari hal yang membuat Bunda lupa diri, suatu hari Bunda akan bercerita: masalah apa yang menimpa bunda.

Masalah yang hanya di hati Bunda, masalah yang sangat menyalahi pemahaman Bunda, masalah yang terlalu dibesarkan oleh perasaan sendiri.

--------------------------

Pelariannya adalah berpisah
Karena tidak ada solusi lain selain men-sterilkan diri, dan kembali pada syariatnya.
Memaafkan, menyayangi, dan kembali.

ya, sampai saat itu tiba, Bunda harus bisa tegas dan kuat.
ya, sampai saat itu tiba, harus konsisten dengan keyakinan bunda.

Selasa, 01 Maret 2016

Hanya Curhat

Memang satu-satunya cara agar tahu, dia jodoh kita atau bukan adalah dengan mengajaknya menikah...
kau tahu yang... aku jelas-jelas tak bisa mengenali.. kapan aku siap?

Seorang pria yang gigih terus menerus, hampir satu bulan sekali, dua minggu seklai mengajak menikah...
jelas-jelas aku tak siap, tak siap dengannya. Tanya kenapa?
Allah, takut jika alasanku bersipat duniawi...

memang dia tak sempurna, juga aku..
tapi visi misiku terlalu berbenturan dengan prinsipnya, apa pasal?

aku hanya ingin dengan ia yang dengannya akhlakku semakin baik, itu saja...
aku ingin dnegannya, aku merasa surga lebih dekat..
aku ingin dengannya, aku mearasa dekat dengan MU...

APapun iming-imingnya, jika bukan karena mu, kumohon selamatkan aku ya Allah...
aku hanyalah manusia yang masih mencari, apa siapa, dan bagaimana

Allah, lindungilah...

Kamis, 14 Januari 2016

Ujian Keteguhan

Assalamualaikum yang...
Ini adalah tahun ujian keimanan.
Kini calon istrimu ini mulai merasakan dunia bekerja,
Ternyata yang... dunia kerja memang lebih mirif dunia organisasi,
kita harus lebih banyak melenturkan diri berbaur dengan banyak orang dan banyak karakter.

Yang... di tempat bekerja calon istrimu ini dipenuhi banyak ragam manusia, yang soleh dan solehah lebih mendominasi, dan aku sendiri terjebak dalam antara soleh atau solehah...?

Mungkin ini lembaga yang diusahakan islami...
Tapi, jauh di dalam diriku ingin mengelak dari sesuatu yang bernama campur baur... laki-laki dan perempuan...
Yah...
terutama karena diriku sering tak bisa jaga pandangan.

................................di edit, hapus!

Astagfirullah...
yang...  umi mengumpulkan informasi itu, sepotong-sepotong, dan selalu menyimpan harapan dengan pertanyaan: Ya Allah diakah jodohku?

Umi jadinya sering berkaca diri, lalu alasan apa ada harapan dalam diri ini, sehingga pantas mendampingi seorang dia?
Yang... umi diuji. Umi sungguh telah menetralkan perasaan umi, karena yakin..
Satu-satunya yang pantas mendapatkan pengorbana cinta umi hanyalah suami.

Umi harus teguh, umi hnya harus berusaha lebih baik dari waktu ke waktu...
Sekarang sudah 2016...
Umi harus bisa lebih dewasa...
Umi harus bisa lebih banyak tersenyum... mengendalikan ego diri, mencoba berdamai dengan ketentua Allah...

Semoga umi bisa selalu mencintai Allah di ats segala-galanya.
'Ya Allah berilah eli kekuatan :) "

14.01.2016