Kamis, 09 Maret 2017

Siapa Kita

Ada jarak yang jauh di antara kita...
Walau kita berlari untuk menemukan satu sama lain, tetap saja kita jauh, kita tak bisa saling membebaskan sebelum semuanya begitu menjadi terang, juga tulisan-tulisan ini tak mampu membuat jarak itu tiada.

Apakah aku merindukan jarak itu tiada, atau jangan-jangan kita sudah mencuri larangan...atau aku sendiri yang mencurinya, lalu memotong melipat ratusan meter..

Apa bedanya kita yang hening dalam pertemuan, dan riuh dalam tulisan dengan pengamen jalanan? lalu apa bedanya kita dengan fulan dan fulanah yang asyik menenun malam di sudut taman kota?
Kita ternyata sama-sama memiliki perasaan, dan perasaan itu kadang ruah di kamar-kamar rumah kita sampai keluar halaman, menembus jalanan, dan berjatuhan seperti hujan-hujan.

Kita hanya manusia, yang tak mampu melawan kehendakNya
Kita hanyalah kerapuhan, kealfaan, dan kepanaan

Sejauh apapun kita berlari, berusaha saling menemukan, mungkin ada pada jalan yang sama, berselisihan, bertabrakan, atau bahkan berhadapan... namun kehendakNya lebih halus dari rambut di kening anak kecil yang baru lahir... aku tidak mengerti dengan betapa Maha Halus Nya... ada banyak mungkin, dan aku khawatir jika: langkah ini semakin membuatNya tidak suka.

Semua yang telah tertakdirkan untuk kita, tak akan meleset walau satu inci, hanya saja takdir itu datang dengan huluran mesra atau murka dari Nya.

Siapa kita yang terus mencari celah untuk mengungkap satu sama lain, tidak demi nama Allah yang Agung, aku memohon ampun atas tulisan-tulisanku sebelumnya, yang menyapamu dengan ungkapan yang mungkin tidak pantas... Fagfirlii.

Kusadari, engkau suamiku, masih ada dalam alam yang tiada terjangkau, aku pun tidak tahu siapa namamu, yang ku tahu adalah peranmu sebagai imamku, tidak kusebut namamu yag ada adalah kusebut engkau: suamiku.

Suamiku soleh, jika suatu hari engkau dapati nasihat dariku... bukan karena aku ingin mendominasimu, bukan sama sekali. Melainkan semuanya semata karena visi keluarga kita adalah wajah Allah, ini adalah rasa sayang yang menembus batas waktu, aku ingin menutup mulutku dari mengguruimu, karena engkau adalah yang semestinya menyadari sendiri, ketidak-setujuanku...

Apa yang engkau tak suka dariku, aku mencoba membacanya satu satu, mungkin apa yang kau tak suka adalah apa yang Allah pun tak suka, termasuk jika aku tampil di hadapan khalayak banyak, lalu aku membuat laki-laki asing tertarik padaku... bukankah itu Allah tak suka?

Lalu aku merubah diriku menjadi sedikit kaku dan tegas, dan aku ingin menjaga perasaanmu.

Siapa kita, mencoba menjelaskan diriku pada angin
Siapa kita, mencoba memahami dirimu yang kosong

Di ruang tunggu ini aku termangu, apakah ini benar-benar ruang tunggu, jangan-jangan ini ruang dapur, mengapa aku tak bergegas?

Mengisi hari-hari yangg kujalani, aku semakin takut kehilangan wajah Allah karena teringat wajahmu...

Pergilah dariku, aku mohon, pergilah, aku ingin sendiri.. aku ingin Allah saja, menyertaiku, di jalan yang tak mudah ini, aku ingin Allah.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar