Rabu, 15 Maret 2017

Tak Terkalahkan

Bismillah...juga untuk air yang tadi kuminum, rasa segarnya masih terasa, membasahi kerongkongan yang dahaga, alhamdulillah.
Tugas dengan deadline besok meronta-ronta, dan aku masih percaya pada keajaiban, bahwa semua akan berjalan baik-baik saja, hehehe... entahlah, aku memang sering begini, menunda itu karena tidak nyaman dengan tugasnya, dan lebih melakukan hal-hal yang aku sendiri senang melakukannya.

Dulu aku pernah bertanya ke temanku, "Hmm.. aku ini kenapa ya, saat ada satu tugas penting, misalnya membuat paper, dan aku udah sepakat mau ngerjain itu tepat pukul 9 nanti, misal. Nah pas pukul 9 itu, terkadang aku malah sengaja mengerjakan yang lain, misal malah mencuci baju, memasak atau malah menulis... dan aku pikir gak apa-apa toh yang aku kerjakan juga bermanfaat... tapi akhirnya paper itu gak pernah selesai..., kenapa ya kok aku suka gitu sih?"

Temenku menjawab santai, "Yah berartii kamu nggak menikmati tugas kamu buat bikin paper. Kamu nyari alasan ini itu-supaya bisa menghindarinya, dengan bilang yah gak papa aku nyuci dulu toh ini manfaat, yah gak papa aku makan dulu toh ini juga harus.... intinya kamu mencari banyak alasan buat gak ngerjain itu tugas, karena kamu gak nikmatin itu, dan kamu inginnya kabur darii berhadapan dengan si tugas itu..."

Setelah dipikir-pikir, ada iya nya juga ya...mungkin termasuk saat ini. 

Salah satu kekuranganku adalah itu, kadang tak bisa langsung otomatis menikmati apa yang sedang dijalani...
Aku sering bilang, aku senang pekerjaan kinestik, meloncat, berlari, mendaki, menanam, atau apalah yang dengannya fisikku bergerak... tapi saat-saat tertentu aku juga senang sendirian, duduk mematung membaca buku di bawah pohon, di dahan-dahannya atau... memperhatikan anak kecil yang berlari lalu jatuh lalu menangis, lalu berdiri lagi, jatuh lagi dan merengek lagi... lucu melihatnya.

Termasuk menghadapi kamu, keluarga kamu, dan mungkin suatu hari anak kamu.

Aku kadang menghindar beberapa hari untuk menanyai diriku sendiri. Berusaha menemukan diri berada dalam niat yang benar, sehingga hati merasakan kenyamanan. Itu pula yang aku rasakan saat kali pertama harus memprivat dua anak, adik-kakak-, di sini. Rasa tidak nyaman, rasa abu-ping-merah-kuning-hijau-biru.... bercampur baur. Sampai pada satu titik aku berhenti sejenak, lalu diam berusaha memikirkan apa yang aku rasakan. Waktu itu sempat patah semangat, ingin berhenti, dan merasa gagal jadi guru... tapi sadar akan satu hal, bahwa ke depan nanti aku adalah seorang ibu, masa menyerah... masa gitu aja angkat tangan.

Hati berdamailah, aku berusaha memaklumi ketidak-nyamananku. 
Terus saja kujalani, walau hatiku tak mau. Terus kupaksa ia agar menerima.

Kini, anak-anak itu tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya, ada yang nakal-cerewet-moody, menyebalkan, dan berbagai lainnya... tapi aku sadar satu hal, bahwa anak-anak ini dari Allah-nya tercipta dengan sipat suci, mereka berpotensi jadi manusia baik, manusia utuh yang luhur budi pekertinya...

Setiap kutatap kenakalannya, hatiku luruh... Setiap ia mengabaikanku, hatiku basah, penuh dengan pengertian, gak apa-apa, yang jelas kasih sayangku tak akan berkurang. Ternyata, tugas kita bukan memaksanya belajar, tugas kita adalah menemaninya saja, dia ingin bagaimanapun... selama itu tidak melanggar syariat, aku mencoba memberiny aruang gerak yang bebas.

Termasuk juga menerima kehadiranmu, aku belum terbiasa.
Saat kutanyakan kedalam palung hatiku, ternyata ia menolak kehadiranmu. Apakah karena kau tidak cukup baik? atau nakal seperti anak privatku, bukan, tentu saja, ah bahkan anak privatku nggak nakal, mereka aktif saja... lantas kenapa? Karena aku dan kamu bukan siapa-siapa.

Aku mencari tahu, apa yang aku inginkan. Hatiku berkata, tentang generasi peradaban yang harus kulindungi dari pengaruh buruk perangaiku, aku ingin kamu tegas menghukumku, bahwa semua ini harus berjalan pada koridornya. Karena kita bukan siapa-siapa, maka tak ada alasan untukku mengajakmu berdiskusi banyak hal. Karena itu akan melalaikan kita dari wajahNya.

Tapi, aku tak bisa lari lebih jauh, karena tenagaku hampir habis, semoga esok lusa, aku bisa melesat melampaui kamu yang sudah mengambil banyak jarak. Lihat saja, karena aku tak terkalahkan!

Go....!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar