Senin, 06 Maret 2017

Mata Air kehidupan

Sudah kukatakan sejak awal adanya blog ini kan sayang?
Aku mengetahui jika tahun-tahun ini akan jadi tahun yang luar biasa untuk misi kita: keluarga kecil kita.
Sebuah komunitas terkecil dari peradaban, jamaah kecil yang nilainya di hadapan Allah seperti perjanjian setaraf perjanjian para Rasul.

Kita ingin saling menggenapkan, kamu melengkapiku, juga aku melengkapi kamu.
Hanya ternyata soal lengkap-melengkapi ini, tak sesederhana yang kita inginkan dan bayangkan, ada ujian yang akan semakin membersihkan niat kita untuk saling bahu membahu merangkai masa depan.

Dengan penuh kesadaran, kita (dipaksa) berhenti, lalu merenung sejenak, tentang apa yang terjadi ini?

Alhamdulillah, banyak sekali hal yang membuatku menangis akhir-akhir ini memang, tapi semua bukan karena sesal, atau karena sakit hati, atau karena apapun yang berhubungan dengan kamu...
Hujan sering turun akhir-akhir ini, aku hanya merayakannya dengan caraku,
Melebur dosa, mengingatnya satu persatu, menyesalinya satu-satu....
Jika Teh Fufu dan Kang Canun mengatakan, aku kini dalam tahap cleansing..
Apa yang di clean?

Baiklah sayang, sepertinya aku terlalu banyak membuat teka-teki,
Jauh sebelum kini, aku adalah seekor burung yang dipelihara dalam sangkar emas, aku sering meronta dengan sekuat tenaga, sampai-sangkar itu-tak berdaya.. Dan kini sangkar itu tak membelenggu fisikku, tapi ia menyusup membelenggu hari, jiwa, dan pikiranku.

Aku membenci pembuat sangkar, aku merasakan kebencian itu memuncak sudah lebih dari sewajarnya, sampai pada satu titik aku merasakan menjadi anak yang durhaka, aku memilih akan pergi untuk selamanya dari kehidupan pembuat sangkar...........
Hanya saja, ketika itu terjadi, aku mengingat banyak hal yang tentu tak baik jika aku berbuat seperti itu, akhirnya aku pergi untuk sementara, pergi mecari cinta sejati yang ku sebut "mata air kehidupan", aku beristirahat di sana dengan segala sakit di tubuh yang tersisa dari penyiksaan batinku yang terus mengucurkan darah..

Sayang, itu adalah saat yang tak mudah...
Aku bahagia hidup di sekita mata air kehidupan, tetapi ia menangis setiap hari
sampai suatu hari si pembuat sangkar datang dan secara fisik menyembuhkan luka-lukaku dengan uangnya yang banyak...
Aku hanya ingin kembali ke mata air kehidupan, sampai kebencian itu mereda saat mata air kehidupan meyakinkanku, bahwa ini adalah jalan hidup yang harus aku jalani, berangkatlah anakku dan jadilah kuat dimanapun engkau berada.... itulah bisiknya.


Aku ingin membuang kebencian itu dalam diriku saat ini, dalam proses cleansing yang tak mudah ini, jangan tanyakan padaku mengapa sering menangis. Karena aku ingin belajar menerimanya, menerima ia yang telah (sangat dalam) menabur benih kebencian dalam jiwaku yang rapuh. Aku tak mau, kedatanganmu membuatku lari dari kenyataan... lari dari sangkar yang ada dalam jiwaku yang sempit.

Satu-satu, aku temui masalalu... segala jenis ketidak-setujuan, aku tak mampu melihat betapa luka itu sudah tak bisa dhapus karena terlalu kuatnya emosiku menahannya. Aku hanya mampu tergugu di sudut jiwaku, merindui mata air kehidupan yang kini sudah menemuiNya.

Lalu aku menulis sampah emosi ini, sebagai wujud kerinduan yang aku tak mengerti akan sampai kapan ia ada di sana. Allahu Rabbi, aku hanya ingin memaafkan setiap orang yang telah menyakitiku, baik sengaja maupun tidak sengaja, tapi mengapa aku menangis...

Sayangku, aku terlahir bukan di keluarga yang hangat seperti hal nya keluargamu, aku tahu ada bayak yang tak selesai di khidupanku, semuanya serba menggantung... aku tak mnegerti dengan langkah kakiku, kekecewaan dan terus rasa sedih, sampai satu hari aku memiliki ide agar aku bahagia adalah aku tertawa dna riang, aku terus meriangkan diriku, menertawai diri sendiri, dan segala kepedihan yang aku rasakan, aku menertawakannya sampai merasa sedih kembali..

Bantu aku memaafkan diriku, melakukan cleansing bukan hal yag mudah, tapi aku akan terus menyimpan harapan dengan ini: aku bisa mencintai pembuat sangkar dengan sepenuh tulus, tanpa rasa kecewa sedih dan marah. Karena itu adalah haknya, dan aku ingin mengabdi kepadanya, melaluimu, bnatu aku melakukan itu.

Sejak awal, ini. Sebelum semuanya menjadi rumit karena kita mengambil jarak, aku ingin memperpendeknya dengan membebaskan diriku, aku ingin menemuinya dengan ketulusanku.

Dalam titik ini aku baru tersadar sayangku, engkau tahu kita berbat baik pada orang lain bukan karena ia telah berjasa pada kita: tapi karena Alah memerintahkan pada kita untuk memuliakannya, jadi apapun yang kita lakukan padanya adalah karena Allah semata. Karena Allah suka, jika kita melakukan itu.

Bismillah.

Az.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar