Jumat, 08 September 2017

Sebentar Lagi Saja

Aku tahu ada rindu yang menyeruak, setiap pagi dari embun-embun yang dingin di ujung pucuk daun..
tentang nama kamu

Tapi aku selalu menelan ludahku, mengekang lisanku, untuk tak mengatakan apapun pada mentari...
Jika saja, bukan karena doa... kamu bilang... kita akan mati terbunuh perasaan kita sendiri

bukankah itu berlebihan?
Aku tersenyum, kamu selalu begitu, ya..

Sudahlah, kita jalani ke depan, hari-hari dimana hati kita tujukan pada Allah semata...
Aku tak mau menutup hari dengan gelisah,
Sejak kini, aku akan memperlakukan setiap hari dengan kebahagiaan, insya Allah.
Bersama dengan yang kita sayangi, dna menyayangi kita.

Selasa, 09 Mei 2017

SABAR, JALANI, FOKUS

Masya Allah tugasnya numpuk minggu ini, atuh harus giman aini teh kang!
Sabar ya neng, ini ujian. Sok pelan-pelan kerjain, da sebenarnya neng bisa. Asal fokus, konsentrasi.

Bicara dengan diri sendiri.

Assalamu'alaikum wr wb.
Akang, suami tersayang, dan anak-anak semuanya. Doakan umi ya, minggu inii ada 2 tugas lagi yang harus umi prioritaskan.
1. Proposal Thesis. wah ini mah, insya Allah, wajib harus, selesai. Kalo enggak, sudaah saja ke laut...
2. Makalah landasan peagodik. Ini belum dapat 1 pun bahannya.

No 2, harus selesai sabtu pagi, no 2 harus selesai minggu.
Belum lagi hari senin ternyata masuk jam 8, jadi pulang ke Bandung, minggu sore.

Eh, harus gimana tuh.
Sabar, jalani, sabar, lalu jalani, itu aja nasihat akang mah.

Iya memang, semuanya memang kuncinya sabar, seperti akang yang sabar sejak dulu sampai sekarang, nungguin  umi berubah untuk jadi lebih baik, ahahaha

FOKUS.


Rabu, 03 Mei 2017

MENCARI FATWA DARI HATI

Apakah aku harus menikah?
Apakah menikah itu suatu kebutuhan?
Jika seorang perempuan ditanyakan padanya tentang apa artinya menikah? Ijinkan aku menjawabnya, bahwa menikah adalah sebuah hijrah yang tidak mudah, sebagian besarnya uji nyali, dan kepasrahan total pada Allah.
Ujian hari ini yang datang pada seorang perempuan tentang lawan jenis dan berbagai macamnya, membuat banyak wanita tidak mampu lagi membedakan antara boleh dan tidak boleh. Berbaur laki-laki dan perempuan dipandang sebagai sebuah keluwesan, bercakap bersama sebagai bagian dari pergaulan yang biasa. Dan sebagai salah seorang wanita, saya berada ditengah-tengah derasnya pergaulan seperti itu. Menjadi salah satunya, terseok tersesat jauh tersesat…
Puasa tak lagi mampu membentengi kami para perempuan untuk tetap di rumah dan menjaga diri, mungkin sebagian besarnya karena puasa kami hanya puasa menahan haus dan lapar saja. Bacaan Quran pun sebatas ditenggorokan, tiada lagi menjadi obat. Rupanya karena bacaan kami yang kosong tanpa makna, dan tiada tadabbur. Sebab itu, tiada jalan lain bagi kami selain mengambil sikap dari dua pilihan 1) tetap pada huru-hara dan keguncangannya atau 2) menyelamatkan iman dengan menjalankan sunnahnya: menikah.
Dari Abu Hurairah Ra, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda, “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka: orang yang berjihad di jalan Allah, mukatab (hamba sahaya) yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram).” (HR. Tirmidzi).
‘Audzubillahiminissyaithonirrajim… Ya Rabb semoga tulisan ini terlindungi dari bisikan syaitan yang terlaknat. Semoga kami dimampukan untuk menulis dan membaca dengan hati yang sejernih-jernihnya. Bismillahirrahmanirrahim…. semoga tulisan ini mampu jernihkan tujuan pernikahan, bahwa menikah bukan sekedar menuntaskan tugas perkembangan karena usia yang terus bertambah, atau karena sesuatu lain, melainkan mencari keridhoan Mu semata.

Ada kamu yang masih ingat tulisanku yang itu?
Ya...
Di sini ada aku yang senantiasa menjaga idealisme rumah tangga jika kamu melupa, jadi jangan khawatir, karena insya Allah langkah ini sudah sesuai dengan tuntunanNya.

Kamis, 20 April 2017

Kekuatan Kita

Bismillah, kamu apa kabar?
Aku selalu merasa tidak baik-baik saja jika berhadapan dengan makhluk bernama kamu.
Karena aku selalu merasa tak mampu menjadi baik, jika melihat kamu. Mungkin, mungkin karena kamu sudah melampaui aku.. kamu telah jauh melangkah, mungkin teramat jauuuh lebih baik dari pandangnaku yang semula.

Aku sering marah akhir-akhir ini ke kamu, tidak jelas.
Kemarahanku sepele saja, karena kamu (juga aku) tak bisa mempercepat proses, seperti yang diharapkan olehku (mungkin kamu lebih berharap banyak, hanya aku yang tak tahu, karena kamu bisa sembunyikan dengan rapi).
Aku selalu terlihat buruk, marah, menyuruh, menuntut, kesal...  Sampai satu hari kemudian aku mengatakan jujur, entahlah aku hanya ingin berkata: aku mengalami semacam rasa kesal ke kamu.

Kamu bilang, jika penyebabnya karena proses yang menurut aku lama, baiklah...
Siap gak menggenap minggu besok? Wali sudah oke, saya siap, kamu ..siap gak? Tapi konsekwensinya  barokah nikah hilang karena orang tua belum sepakat.

Aku terdiam.
Aku diminta berpikir ulang dengan sikap kekanakanku oleh kamu yang mungkin sudah memikirkan keinginanku ini, jauh-jauh hari.
"Kamu pernah bilang, keep walk on the track kan, sekarang jalani prosesnya, nikmati, sabar... semua akan baik-baik saja, semua pasti sampai. Ada waktunya." Kamu menambah kalimatmu lagi.

Aku ingin menghilang saja, kamu sudah berpikir dua tahap lebih maju. Saat aku masih kekanak-kanakkan ingin mempercepat laju kereta, kamu sudha tahu kekuatan kuda dan medan jalan yang tak mungkin dilewati dengan kecepatan tinggi sesuai keinginanku...
Kemanakan muka ku ini harus kusimpan, malu.

Aku bercerita pada temanku tentang sikap kamu ini, yang sok bijak ituh. Tahu gak, temanku malah menertawakan aku. Dia bilang aku lucu, karena ternyata malah aku yang gak siap di ajak nikah minggu depan. Iya jelas, kamu setress, masa minggu depan nikah?
Temanku bilang, aku yang harus banyak istigfar...

Sudahlah, aku akui deh, aku salah. Mungkin aku gak suka ke kamu karena hasutan syetan. Kenapa?
Karena aku masih aja minta bantuan kamu buat ngerjain beberapa tugas aku yang numpuk, dan kamu bersedia saja gituh, walau pun dengan muka rata, datar, kamu mengerjakan tugas sampai larut...
dan bilang kalo tugas aku sudah beres di pagi harinya...

Kamu tahu, itu membuat hati aku percaya, semua tindakan kamu ke aku, meunjukkan kamu serius dan sayang ke aku. Marahnya kamu, cueknya kamu, atau papaun lah... aku harus percaya, kamu tahu yang terbaik buat masa depan kita. Uhuy...Haha, baper. Walau dengan kecuekan kamu yang dingin, dan akunya yang baperan, aku paham sekarang.

Huh baiklah.. aku kalah telak. Esok-esok aku yang akan cuek ke kamu. Kamu harus bisa lebih sabar dari sebelumnya.

Hayu pakuat-kuat, ayo kita tunjukkan siapa yang paling kuat. Aku gak mau nyuri bumbu dari sup yang akan kita masak kelak, kamu juga gak usah nyuri bumbu ya. Jadi mari kita saling berpuasa. Kalo jari aku sibuk ngetik gimana, pikiran aku juga sulit... ohoho. setidaknya kita tak bersapa. Kalau kamu baca tulisan ini? hah berarti kamu kalah telak, kamu kepoin aku, kamu baca tulisanku, kamu kalah.
Ini bukan soal dilihat manusia, ini masalah diawasi Allah.

Aku punya banyakk stok tulisan, yang jelas sekarang aku gak akan peduli lagi bagaimana sikap kamu, awalnya aku ragu ke kamu yang menurutku kamu bimbang, plinplan, setelah kemarin kamu galak dan tegas ke sikap aku yang "you know lah", yap akhirnya kau dapati sisi lain kamu, kamu punya keinginan yang teguh, mirif apa yang dikatakan sahabat sekaligus saudara kamu itu.

Saat aku bilang kamu plinplan, dia bilang, "kok aku malah setuju kalo dia orangnya teguh pendirian"

Mungkin aku tidak terlalu mengenalmu, iya memang gak kenal. Kamu siapa?
WEW..


:)

Senin, 27 Maret 2017

Malam Nasihat tentang Teman

Malam sudah larut, suara detak jam dinding sudah semakin keras di telinga, juga perut bunda yang terus bernyanyi karena terlalu kenyang menyelingi taktituk keyboard yang ditekan.
Ada banyak kejadian yang terus menyapa, tak bisa dielakkan lagi. Satu-satu, bergantian, berdatangan.
Juga seseorang yang datang ke rumah orang tua bunda sore ini, hujan-hujanan. Seorang perempuan tangguh, Nak.
Yang riangnya menutupi segala jenis derita.
Yang tertawanya menutupi duka lara.
Yang tingkahnya gesit seolah tiada masalah.
Seseorang yang semoga Allah melindunginya selalu.

Entah apa yang terjadi diantara kita, seolah ada magnet satu sama lain, saling menemukan.
Anakku sayang...
Jika kelak engkau punya teman, ujilah ketulusannya dengan 3 hal:
1. Apakah engkau pernah berselisih dengannya, apa yang ia lakukan?
2. Apakah engku apunya urusan uang dengannya, bagaimana ia menyelesaikannya?
3. Apakah engkau pernha bermalam (satu perjalanan)bersamanya. Bagaimana ia berperilaku?

Pilihlah teman yang baik Nak, yang dengan ia kamu bisa jadi manusia yang lebih baik, pun untuk dia saat bergal bersamamu.
Jauhi teman yang sekiranya membuat kamu merasa jadi pribadi yang buruk, atau memancing keburukan dari diri kita, batasi porsi berkomunikais dnegannya, dan selalu lah berbuah kebaikan.

Sesungguhnya orang yang berimana, jika ia diperolok-olok, ia akan mengucapkan perkataan yang baik lagi terhormat....

Allah di sini dekat. Bismillah, mulailah cari teman setiamu, yang bisa saling mengingatkan tentang akhirat,, bukan sekedar aksesoris. Jadilah orang baik, insya Allah semua hal akan mengikuti.

Sabtu, 18 Maret 2017

Anakku Sayang

Bunda sangat merasa semangat hari ini, entah harapan bunda mulai terlihat tentang kebaikan untuk menyambutmu, bunda tak lagi kehilangan semangat, kini bunda sepenuhnya sadar ...alhamdulillah... ya Allah, alhamdulillah.

Ujian tahun lalu, telah bunda lewati, kini bunda merasa lebih siap untuk meewati ujian berikutnya.
Terimakasih atas support mu salih salihah.

Bunda cari kembali tulisan bunda tentang keluarga kecil kita, betapa bunda rindu dengan mu nak Habib... ah bukankahh adiknya masih dalam kandungan?

Bismillah, anakku salih, tunggu bunda ya, insya Allah bunda akan lebih semangat dari sebelumnya, bunda akn lebih tegar dari yang sudah-sudah, bunda akn lebih dewasa...

Bunda sayang kalian, bunda titip kalian pada Allah yang lebih mencintai kalian daripada bunda. Jangan cemberut lagi ya, kalau bunda gagal ujian, doakan terus semoga bunda sellau ada dalam jalan yang benar.

Ya Rabb terimakasih atas ketenangan yang kau limpahkan malam ini. Maafkan hamba Mu yang masih nakal ini.


Rabu, 15 Maret 2017

Tak Terkalahkan

Bismillah...juga untuk air yang tadi kuminum, rasa segarnya masih terasa, membasahi kerongkongan yang dahaga, alhamdulillah.
Tugas dengan deadline besok meronta-ronta, dan aku masih percaya pada keajaiban, bahwa semua akan berjalan baik-baik saja, hehehe... entahlah, aku memang sering begini, menunda itu karena tidak nyaman dengan tugasnya, dan lebih melakukan hal-hal yang aku sendiri senang melakukannya.

Dulu aku pernah bertanya ke temanku, "Hmm.. aku ini kenapa ya, saat ada satu tugas penting, misalnya membuat paper, dan aku udah sepakat mau ngerjain itu tepat pukul 9 nanti, misal. Nah pas pukul 9 itu, terkadang aku malah sengaja mengerjakan yang lain, misal malah mencuci baju, memasak atau malah menulis... dan aku pikir gak apa-apa toh yang aku kerjakan juga bermanfaat... tapi akhirnya paper itu gak pernah selesai..., kenapa ya kok aku suka gitu sih?"

Temenku menjawab santai, "Yah berartii kamu nggak menikmati tugas kamu buat bikin paper. Kamu nyari alasan ini itu-supaya bisa menghindarinya, dengan bilang yah gak papa aku nyuci dulu toh ini manfaat, yah gak papa aku makan dulu toh ini juga harus.... intinya kamu mencari banyak alasan buat gak ngerjain itu tugas, karena kamu gak nikmatin itu, dan kamu inginnya kabur darii berhadapan dengan si tugas itu..."

Setelah dipikir-pikir, ada iya nya juga ya...mungkin termasuk saat ini. 

Salah satu kekuranganku adalah itu, kadang tak bisa langsung otomatis menikmati apa yang sedang dijalani...
Aku sering bilang, aku senang pekerjaan kinestik, meloncat, berlari, mendaki, menanam, atau apalah yang dengannya fisikku bergerak... tapi saat-saat tertentu aku juga senang sendirian, duduk mematung membaca buku di bawah pohon, di dahan-dahannya atau... memperhatikan anak kecil yang berlari lalu jatuh lalu menangis, lalu berdiri lagi, jatuh lagi dan merengek lagi... lucu melihatnya.

Termasuk menghadapi kamu, keluarga kamu, dan mungkin suatu hari anak kamu.

Aku kadang menghindar beberapa hari untuk menanyai diriku sendiri. Berusaha menemukan diri berada dalam niat yang benar, sehingga hati merasakan kenyamanan. Itu pula yang aku rasakan saat kali pertama harus memprivat dua anak, adik-kakak-, di sini. Rasa tidak nyaman, rasa abu-ping-merah-kuning-hijau-biru.... bercampur baur. Sampai pada satu titik aku berhenti sejenak, lalu diam berusaha memikirkan apa yang aku rasakan. Waktu itu sempat patah semangat, ingin berhenti, dan merasa gagal jadi guru... tapi sadar akan satu hal, bahwa ke depan nanti aku adalah seorang ibu, masa menyerah... masa gitu aja angkat tangan.

Hati berdamailah, aku berusaha memaklumi ketidak-nyamananku. 
Terus saja kujalani, walau hatiku tak mau. Terus kupaksa ia agar menerima.

Kini, anak-anak itu tumbuh dan berkembang sesuai fitrahnya, ada yang nakal-cerewet-moody, menyebalkan, dan berbagai lainnya... tapi aku sadar satu hal, bahwa anak-anak ini dari Allah-nya tercipta dengan sipat suci, mereka berpotensi jadi manusia baik, manusia utuh yang luhur budi pekertinya...

Setiap kutatap kenakalannya, hatiku luruh... Setiap ia mengabaikanku, hatiku basah, penuh dengan pengertian, gak apa-apa, yang jelas kasih sayangku tak akan berkurang. Ternyata, tugas kita bukan memaksanya belajar, tugas kita adalah menemaninya saja, dia ingin bagaimanapun... selama itu tidak melanggar syariat, aku mencoba memberiny aruang gerak yang bebas.

Termasuk juga menerima kehadiranmu, aku belum terbiasa.
Saat kutanyakan kedalam palung hatiku, ternyata ia menolak kehadiranmu. Apakah karena kau tidak cukup baik? atau nakal seperti anak privatku, bukan, tentu saja, ah bahkan anak privatku nggak nakal, mereka aktif saja... lantas kenapa? Karena aku dan kamu bukan siapa-siapa.

Aku mencari tahu, apa yang aku inginkan. Hatiku berkata, tentang generasi peradaban yang harus kulindungi dari pengaruh buruk perangaiku, aku ingin kamu tegas menghukumku, bahwa semua ini harus berjalan pada koridornya. Karena kita bukan siapa-siapa, maka tak ada alasan untukku mengajakmu berdiskusi banyak hal. Karena itu akan melalaikan kita dari wajahNya.

Tapi, aku tak bisa lari lebih jauh, karena tenagaku hampir habis, semoga esok lusa, aku bisa melesat melampaui kamu yang sudah mengambil banyak jarak. Lihat saja, karena aku tak terkalahkan!

Go....!

Selasa, 14 Maret 2017

Doa untuk dia

Anakku sayang, sebentar saja, bunda ingin menceritakan apa yang dulu bunda pernah menjanjikan bercerita padamu tentang seseorang yang Allah paketkan bersamaan dengan ayahmu, kelak..

Ia adalah sama seperti halnya bunda, memiliki perasaan yan teramat halus bahkan, lebih-lebih halus dari sutra, atau lebih lebih rapuh dari benang laba-laba.

Ia menyayangi bunda dengan caranya, pun bunda merasa mencintanya.
Entah kesalahan itu sangat halus bentuknya, bunda menyakitinya.
Hanya dalam doa, setiap hari saat teringat dirinya, bunda meminta, lirih padaNya: untuk keselamatan juga kebhagiaan, juga teman hidup dan sahabat terbaik untuknya, lindungilah ia, sampai perlindungan itu terus menerus menyertainya..

Sayangilah kami semua.

Senin, 13 Maret 2017

Tanda Cinta

Kita sering tidak menyadari, jika seseorang mencintai kita, tidak sekonyong-konyong ia mesti berkata secara langsung, aku mencintaimu... karena jika dengan kata semuanya cukup, tak ada kisah pengorbanan atau pembuktian, semua selesai satu ucapan...

Aku pernah menulikan sebuah status, bahwa kebun dibeli dengan uang bukan dengan kata....

Saat kita berpikir lebih dalam, tentang tanda cinta seorang ibu pada anaknya, ia mungkin ridho menghabiskan waktu malam untuk kurang tidur demi menjaga anaknya.

Termasuk tanda cinta Allah pada hambanya, yang tersirat... ya Allah menyampaikannya melalui tanda-tanda, yang salah satu tandanya ialah dikirimnya nikmat yang banyak untuk diri kita, termasuk diutusnya ibu dan ayah untuk masing-masing orang.

Lalu mengapa ada doa yang tak terkabul?
Apakah Allah tidak sayang?

Anakku, doa yang baik akan sellau dikabul kok. Tapi Allah lebih tahu diri kita, dan Allah menginginkan yang terbaik untuk diri kita. Misal seseorang berdoa agar ia dijadikan kaya, tetapi Allah menahan rezekinya, ibarat seorang anak meminta (berdoa) permen yang banyak, tapi orang tuanya gak nagsih, kita tanya.... kok gak dikasih, kenapa? Karena orang tuanya tahu yang terbaik untuk anak tsb, jika di kasih permen banyak giginya bisa rusak, karena anaknya suka malas gosok gigi.

Bayangkan jika di kasih permen banyak sesuai doa/permintaannya, apa yang akan terjadi? Bisa dipastikan giginya rusak.

Begitulah anakku sayang, Allah tahu apa yang kita tak tahu... termasuk urusanmu yag satu ini. Saat engkau merintih di sepertiga malam, meminta satuu dua hal tentang yang engkau resahkan...tapi Allah beri jawaban lain yang engkau merasa berat dengan itu... ah anakku, berlapang dada lah. Itu semua karena Allah tahu siapa kita, kapasitas kita, dan yang terbaik untuk kita, dunia----akhirat. Jadi, tegarlah, dan terimalah...

Tanda cinta itu adalah jelas, ia ingin mengabulkan doa-doamu secara sempurna, tapi semua butuh waktu.... bersabarlah.
Bukankah engkau menginginkan perdamaian dari 3 sungai yang masing-masing alirannya deras?
Bagaimana bisa terjadi kedamaianan di antara tiga sungai itu jika engkau sendiri bergejolak, nikmatilah harimu dengan baik, semakin dekatkan diri pada Allah, jangan menyerah.

Engkau baca, tanda cinta dari Nya, segala puji untuk Allah Yang Maha Agung, yang dzatnya tiada tercela, tiada satu pun yang sepadan dengan kesempurnaan sifatnya, kepadaNya berhimpun segala kebaikan, semoga Allah memuliakan Rasulullah saw, dan menjadikannya Nabi yang dibangkitkan dalam keadaan terhomat sesuai janjiNya.

Allahumma sholi `ala Muhammad wa `ala aalii Muhammad...

Semoga dengan perpisahan ini adalah tanda cinta kita pada Allah.


Kamis, 09 Maret 2017

Siapa Kita

Ada jarak yang jauh di antara kita...
Walau kita berlari untuk menemukan satu sama lain, tetap saja kita jauh, kita tak bisa saling membebaskan sebelum semuanya begitu menjadi terang, juga tulisan-tulisan ini tak mampu membuat jarak itu tiada.

Apakah aku merindukan jarak itu tiada, atau jangan-jangan kita sudah mencuri larangan...atau aku sendiri yang mencurinya, lalu memotong melipat ratusan meter..

Apa bedanya kita yang hening dalam pertemuan, dan riuh dalam tulisan dengan pengamen jalanan? lalu apa bedanya kita dengan fulan dan fulanah yang asyik menenun malam di sudut taman kota?
Kita ternyata sama-sama memiliki perasaan, dan perasaan itu kadang ruah di kamar-kamar rumah kita sampai keluar halaman, menembus jalanan, dan berjatuhan seperti hujan-hujan.

Kita hanya manusia, yang tak mampu melawan kehendakNya
Kita hanyalah kerapuhan, kealfaan, dan kepanaan

Sejauh apapun kita berlari, berusaha saling menemukan, mungkin ada pada jalan yang sama, berselisihan, bertabrakan, atau bahkan berhadapan... namun kehendakNya lebih halus dari rambut di kening anak kecil yang baru lahir... aku tidak mengerti dengan betapa Maha Halus Nya... ada banyak mungkin, dan aku khawatir jika: langkah ini semakin membuatNya tidak suka.

Semua yang telah tertakdirkan untuk kita, tak akan meleset walau satu inci, hanya saja takdir itu datang dengan huluran mesra atau murka dari Nya.

Siapa kita yang terus mencari celah untuk mengungkap satu sama lain, tidak demi nama Allah yang Agung, aku memohon ampun atas tulisan-tulisanku sebelumnya, yang menyapamu dengan ungkapan yang mungkin tidak pantas... Fagfirlii.

Kusadari, engkau suamiku, masih ada dalam alam yang tiada terjangkau, aku pun tidak tahu siapa namamu, yang ku tahu adalah peranmu sebagai imamku, tidak kusebut namamu yag ada adalah kusebut engkau: suamiku.

Suamiku soleh, jika suatu hari engkau dapati nasihat dariku... bukan karena aku ingin mendominasimu, bukan sama sekali. Melainkan semuanya semata karena visi keluarga kita adalah wajah Allah, ini adalah rasa sayang yang menembus batas waktu, aku ingin menutup mulutku dari mengguruimu, karena engkau adalah yang semestinya menyadari sendiri, ketidak-setujuanku...

Apa yang engkau tak suka dariku, aku mencoba membacanya satu satu, mungkin apa yang kau tak suka adalah apa yang Allah pun tak suka, termasuk jika aku tampil di hadapan khalayak banyak, lalu aku membuat laki-laki asing tertarik padaku... bukankah itu Allah tak suka?

Lalu aku merubah diriku menjadi sedikit kaku dan tegas, dan aku ingin menjaga perasaanmu.

Siapa kita, mencoba menjelaskan diriku pada angin
Siapa kita, mencoba memahami dirimu yang kosong

Di ruang tunggu ini aku termangu, apakah ini benar-benar ruang tunggu, jangan-jangan ini ruang dapur, mengapa aku tak bergegas?

Mengisi hari-hari yangg kujalani, aku semakin takut kehilangan wajah Allah karena teringat wajahmu...

Pergilah dariku, aku mohon, pergilah, aku ingin sendiri.. aku ingin Allah saja, menyertaiku, di jalan yang tak mudah ini, aku ingin Allah.






Senin, 06 Maret 2017

Mata Air kehidupan

Sudah kukatakan sejak awal adanya blog ini kan sayang?
Aku mengetahui jika tahun-tahun ini akan jadi tahun yang luar biasa untuk misi kita: keluarga kecil kita.
Sebuah komunitas terkecil dari peradaban, jamaah kecil yang nilainya di hadapan Allah seperti perjanjian setaraf perjanjian para Rasul.

Kita ingin saling menggenapkan, kamu melengkapiku, juga aku melengkapi kamu.
Hanya ternyata soal lengkap-melengkapi ini, tak sesederhana yang kita inginkan dan bayangkan, ada ujian yang akan semakin membersihkan niat kita untuk saling bahu membahu merangkai masa depan.

Dengan penuh kesadaran, kita (dipaksa) berhenti, lalu merenung sejenak, tentang apa yang terjadi ini?

Alhamdulillah, banyak sekali hal yang membuatku menangis akhir-akhir ini memang, tapi semua bukan karena sesal, atau karena sakit hati, atau karena apapun yang berhubungan dengan kamu...
Hujan sering turun akhir-akhir ini, aku hanya merayakannya dengan caraku,
Melebur dosa, mengingatnya satu persatu, menyesalinya satu-satu....
Jika Teh Fufu dan Kang Canun mengatakan, aku kini dalam tahap cleansing..
Apa yang di clean?

Baiklah sayang, sepertinya aku terlalu banyak membuat teka-teki,
Jauh sebelum kini, aku adalah seekor burung yang dipelihara dalam sangkar emas, aku sering meronta dengan sekuat tenaga, sampai-sangkar itu-tak berdaya.. Dan kini sangkar itu tak membelenggu fisikku, tapi ia menyusup membelenggu hari, jiwa, dan pikiranku.

Aku membenci pembuat sangkar, aku merasakan kebencian itu memuncak sudah lebih dari sewajarnya, sampai pada satu titik aku merasakan menjadi anak yang durhaka, aku memilih akan pergi untuk selamanya dari kehidupan pembuat sangkar...........
Hanya saja, ketika itu terjadi, aku mengingat banyak hal yang tentu tak baik jika aku berbuat seperti itu, akhirnya aku pergi untuk sementara, pergi mecari cinta sejati yang ku sebut "mata air kehidupan", aku beristirahat di sana dengan segala sakit di tubuh yang tersisa dari penyiksaan batinku yang terus mengucurkan darah..

Sayang, itu adalah saat yang tak mudah...
Aku bahagia hidup di sekita mata air kehidupan, tetapi ia menangis setiap hari
sampai suatu hari si pembuat sangkar datang dan secara fisik menyembuhkan luka-lukaku dengan uangnya yang banyak...
Aku hanya ingin kembali ke mata air kehidupan, sampai kebencian itu mereda saat mata air kehidupan meyakinkanku, bahwa ini adalah jalan hidup yang harus aku jalani, berangkatlah anakku dan jadilah kuat dimanapun engkau berada.... itulah bisiknya.


Aku ingin membuang kebencian itu dalam diriku saat ini, dalam proses cleansing yang tak mudah ini, jangan tanyakan padaku mengapa sering menangis. Karena aku ingin belajar menerimanya, menerima ia yang telah (sangat dalam) menabur benih kebencian dalam jiwaku yang rapuh. Aku tak mau, kedatanganmu membuatku lari dari kenyataan... lari dari sangkar yang ada dalam jiwaku yang sempit.

Satu-satu, aku temui masalalu... segala jenis ketidak-setujuan, aku tak mampu melihat betapa luka itu sudah tak bisa dhapus karena terlalu kuatnya emosiku menahannya. Aku hanya mampu tergugu di sudut jiwaku, merindui mata air kehidupan yang kini sudah menemuiNya.

Lalu aku menulis sampah emosi ini, sebagai wujud kerinduan yang aku tak mengerti akan sampai kapan ia ada di sana. Allahu Rabbi, aku hanya ingin memaafkan setiap orang yang telah menyakitiku, baik sengaja maupun tidak sengaja, tapi mengapa aku menangis...

Sayangku, aku terlahir bukan di keluarga yang hangat seperti hal nya keluargamu, aku tahu ada bayak yang tak selesai di khidupanku, semuanya serba menggantung... aku tak mnegerti dengan langkah kakiku, kekecewaan dan terus rasa sedih, sampai satu hari aku memiliki ide agar aku bahagia adalah aku tertawa dna riang, aku terus meriangkan diriku, menertawai diri sendiri, dan segala kepedihan yang aku rasakan, aku menertawakannya sampai merasa sedih kembali..

Bantu aku memaafkan diriku, melakukan cleansing bukan hal yag mudah, tapi aku akan terus menyimpan harapan dengan ini: aku bisa mencintai pembuat sangkar dengan sepenuh tulus, tanpa rasa kecewa sedih dan marah. Karena itu adalah haknya, dan aku ingin mengabdi kepadanya, melaluimu, bnatu aku melakukan itu.

Sejak awal, ini. Sebelum semuanya menjadi rumit karena kita mengambil jarak, aku ingin memperpendeknya dengan membebaskan diriku, aku ingin menemuinya dengan ketulusanku.

Dalam titik ini aku baru tersadar sayangku, engkau tahu kita berbat baik pada orang lain bukan karena ia telah berjasa pada kita: tapi karena Alah memerintahkan pada kita untuk memuliakannya, jadi apapun yang kita lakukan padanya adalah karena Allah semata. Karena Allah suka, jika kita melakukan itu.

Bismillah.

Az.

Senin, 30 Januari 2017

TERIMAKASIH

Untukmu yang sedang di belahan bumi manapun..

Dear calon suamiku, yang sudah sabar menunggu
diriku yang lambat, yang berjalan terpincang
yang langkah kakinya terseok-seok
Bahkan sempat sesat dan salah arah..
.. hari ini aku ucapkan terimakasih...

Terimakasih untuk penantian yang tak terhitung
Untuk kesabaran yang banyak
Untuk pemakluman yang terus menerus
Hari ini kurasakan cintamu nyata bertubi, jatuh seperti hujan, deras

Kau tahu, sayang
Keadaanku seperti kucing yang malang
Yang pada suatu malam, aku tak tahu harus pulang kemana, tanpa arah tanpa rimba, lalu turunlah hujan deras disertai kilat dan halilintar, aku hanya bisa sembunyi diantara deretan pohon yang besar di pinggir jalan... sedang saat itu pula perutku lapar tiada terkira, lalu aku rasakah kakiku lemah, dan sebuah sepeda motor menyerempetku, pengendaranya sempat memakiku "kucing sakit"..
Putus asa menyapaku, menertawakanku.. karena itu aku memutuskan menggigit rumput satu-satu, kakiku perih, darah mengucur menetes, dan lihatlah air melarutkan dan membersihkan badanku, dingin, dingin sekali....

Lalu di pagi harinya, saat aku tersadar, kamu bahagia melihatku membuka mata, membuka bibir yang terkatup, "meow"...
Lihat, kamu balut semua rasa sakit yang aku rasakan, kamu beri aku kekuatan yang besar tentang segala impianku akan kehidupan masa depan yang lebih baik, kamu beli semua duka yang aku rasakan dengan kebaikan. Apakah ini sebuah kenyataan?

Aku hanyalah seekor anak kucing, bahkan tanpa tahu siapa ayah dan ibuku.
Aku hanyalah kucing jalanan, yang bermimpi tinggal di rumah hunian...
Dan entah bagaimana kau menemukanku, dalam keadaanku yang sangat putus asa...

Terimakasih, sayang..
Karena aku ingin menutup mata dan telinga dari segala hal
Dan aku sudah memutuskan untuk di sini
Menyukaimu dengan segala yang kau miliki, kurang lebih
Dan lihatlah, aku bahkan sudah bisa melupakan segala hal:
yang mulanya aku merasa akan sulit melakukannya

"Menjagamu dalam doa adalah kewajibanku, memastikan proses yang kita lalui benar dan berkah adalah misiku."

"Karena aku tahu, memulai semua ini harus dengan hati yang bersih, dengan jalan yang baik, dengan taubat yang tiada henti."

Kau tahu, di Gunung saat kemarin itu, ada ilmu baru yang sebenarnya bukan ilmu yang sulit untuk kita lakukan secara istiqomah. cara membersihkan hati kita... semoga kamu di sana pun sudah istiqomah melakukan ini, untuk kebaikan kita:
1. Membaca AlQuran setiap hari (Aku tahu targetmu 2 juz kan?) Maafkan karena aku masih ketinggalan.
2. Qiyamul Lail setiap pekan, bukankah itu misi kita juga untuk menghidupkan dini hari dengan kebaikan? (Ayo dalam seminggu bangun berapa kali?)
3. Saum sunnah, setiap bulan (minimal 3 hari, ayamul bidh). Ini juga target kita kan, supaya tubuh kita sehat, dan yang jelas agar tidak kelebihan berat badan.... Bisa?
4. Berdzikir (ingat Allah) setiap saat. Nah yang ini, bagaimana? Banyak dzikir andalan, ingat apa-apa, ingat Allah, lihat sesuatu inget Allah, terpikirkan sesuatu (baik-buruk) inget Allah... jika bisa diusahakan sambil nulis ini juga, sambil baca ini pula, inget Allah.
5. Kajian, majelis ilmu, liqo, halaqoh, diskusi atau berkumpul dengan orang soleh se-sering mungkin. Jika yang ini, tentu kamu bisa, karena aku yakin Allah menuntun kita pada orang yang baik, hanya aku yang kadang masih senang urakan kumpul dengan yang kadang lalai.. dan aku pun ikut terbawa..

Mari baca ulang, bukankah itu saripati dari lagu ya?
Obat hati nya Opik?
Yes, bener.

Apapun, yang sudah kau lakukan... terimakasih.
Semoga tidak ada yang membaca tulisan ini, sampai nanti aku yang membacakannya untukmu.

Happy Tuesday.

Kamis, 26 Januari 2017

KEYAKINAN

Assalamualaikum wrwb, anakku sayang..
Bismillahirrahmanirrahim. Terimakasih atas penantiannya yang panjang, mohon maaf bunda lama tidak menulis.
Baru ingat, saat semalam seseorang menunjukkan tulisan-tulisan di blog ini.
Ternyata bunda kangeun kalian, kangeun sekali...

Bunda tidak tahu, orang-orang sering sekali komplain dengan tulisan bunda, jika tak berkenan jangan dibaca aja ya...
Semoga dengan begitu, bunda bisa lebih jujur dan tulus ketika menulis, ah termasuk betapa bahagianya menuliskan namamu, anak-anakku..
Permata bunda yang entah sedang dimana, yang suatu hari akan mengisi rahim bunda, yang matanya cemerlang...yang kulitnya halus, yang tangan-tangannya mungil menggeliat..

Bunda tahu, pertemuan kita tidak akan lama lagi, bunda sudah memutuskan untuk menjemputmu segera, bunda tahu segala resikonya akan tidak mudah, tapi bunda akan fight dengan pilhan bunda ini...

Nak, kau tahu... seperti pernah bunda ceritakan sebelumnya, ujian bunda.
Bunda ingin menegaskan bahwa ujian itu senyatanya tidak pernah benar-benar nampak, tidak terlalu berat, karena hari terus berlalu, dan semua terus berjalan.. yang jelas bunda tidak boleh melakukan kesalahan lagi dengan hari-hari yang bunda lalui.

Yang berat adalah pemikiran kita, bunda merasa jauh lebih tenang dengan pilihan yang bunda lakukan saat ini. Walaupun bunda selalu merasa putus asa dengan perubahan bunda yang sangat lambat, tapi ah... Allah selalu memberikan bunda kesempatan... bunda bisa melakukannya, bunda sayang kalian, bunda harus lebih sungguh-sungguh.

Anakku...
Tahun 2017 ini, benar adalah tahun yang mendebarkan.
Esok akan tiba, dan langit gemuruh, ada rasa takut dalam hati bunda. Bunda memohon pada Allah agar semua berjalan dengan baik, sesuai yang Allah inginkan dan ridhoi, bunda mesti menjaga prasangka pd Allah... bunda sering ketakutan... tapi bunda sellau berharap

ah ini membingungkan...

Bunda ingin berjanji pada hati bunda: bahwa keindahan nanti menjemputmu pada mulanya berasal dari kesadaran bunda akan janji yang besar ini. Bunda harus sadar betul bahwa memilih ayahmu adalah tindakan terbaik,, bunda harus sadar memperjuangkan ayahmu adalah hal yang baik... juga bunda mesti sadar bahwa jalan yang baik menuju mu adalah bagian dari kebarokahannya...

Sayangku... maafkan bunda yang banyak mengeluh, maafkan bunda yang sering ragu, maafkan bunda yang penuh pertimbangan ini.. maafkan bunda yang sulit sekali melepas masa lalu, maafkan bunda....

Ada malam-malam, bunda meneriakanmu, nak
Ada dini hari saat bunda membisikan tentangmu, nak
Bunda takut menyakitimu lagi

Yakinkan bunda nak, jika ini bukan sekedar dunia
Bukan itu yang bunda cari, bukan romantisme, bukan wah nya seseorang, atau apapun

Bunda hanya perlu meyakinkan, bahwa ia calon ayah yang baik untukmu nak..
Yang tidak sekedar sayang, yang tidak sekedar cinta padamu
Namun, ia yang paham mendidikmu dengan cara yang benar, yang tega melihatmu menangis saat pertama kali bunda tinggal engkau di pesantren bahkan saat usiamu belia..

"Bukankah selama ini ayah sudah cukup baik, dia menjaga lingkungannya, dia sudahi campur baur dengan perempuan asing, dia bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita bunda, ayah cukup lelah bahkan untuk menemui bunda, ia tak memiliki kekuatan, bunda tahu ayah sellau ingin menyapa bunda, tapi ia urungkan karena tahu itu akan menyakiti bunda saja... ah justru bunda yang telah banyak menyakiti,,"

"Berhenti mengatakan itu nak. Kesakitan yang bunda berikan, hapuslah nak, bunda menyesal, jangan lukai hati bunda denagn berkata seperti itu."

Jika begitu bunda.. tolong, perbaiki pikiran bunda. Janganlah bunda ragu...
Bunda adalah orang yang beruntung, yang bahkan tak harus lelah mencari sebenarnya, karena ayah sudah temukan bunda sejak semula. Hanya bunda yang terus menutup mata, sekarang bukalah mata bunda perlahan, ananda sayang bunda... lihatlah betapa bunda sangat cantik, lihatlah betapa bunda sangat beruntung, bahagiakanlah hatimu bundaku sayang, berhentilah merasa sepi.

Dear calon ayah dari anakku...
Kau dengar anakmu yang bahkan tak ada di sini, ia mengajariku sebuah nasihat?
Ia begitu berani, ah mirif siapa dia itu.
Dia membelamu habis-habisan.
Menagpa pula dia harus membelamu, apakah sebelumnya kalian sudah bersepakat membicarakanku?
Tidak mengapa, aku suka dibicarakan
Bahkan terbiasa

Terimakasih nasihatnya, anakku sayang...
Seharusnya memang keraguan itu pergi Nak, karena kini ayahmu sudah di depan rumah orangtua bunda, mengetuk dan mengucap salam kebaikan.

Apa yang ingin ayahmu sampaikan? Bunda tidak akan mendengar sepenuhnya. Cukuplah doa-doa Bunda menyertainya, semoga kebaikan sellau meliputi setiap detik ini.

Tapi nak bolehkah bunda jujur sesuatu?
Bunda tak ingin membicarakannya padamau saat ini. Suatu hari akan bunda ceritakan tentang, seseorang yang Allah kirim sepaket bersama calon ayahmu.

Doakan orangtuamu di dunia ini, semoga sehat, baik-baik, dan selalu dalam lindungan Allah.
Jika kelak bertemu, akan bunda ucapkan terimakasih untukmu... untuk kalian. Jzakumullah.


*Semoga tulisan ini tidak mendapat protes lagi, ambil yang baiknya. :)

Az.